Perubahan arah politik PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) yang sebelumnya bersama Parta Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), membangun koalisi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), akhirnya bubar karena Muhaimin Iskandar tidak diajak bicara perubahan nama koalisi oleh Prabowo Subianto. Saat ini PKB bergabung dengan Koalisi Perubahan.
Partai Demokrat yang sebelumnya bersama PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan Partai Nasdem (Nasional Demokrat), akhirnya hengkang karena tidak diberitahu tentang ajakan untuk menarik PKB pada saat PKB “patah hati” oleh koalisi KKIR. Waktu yang tepat bagi Koalisi Perubahan menarik PKB, pada saat merasa dikucilkan di KKIR.
Jika Anies Baswedan bersanding dengan Muhaimin Iskandar, maka rencana untuk menjadikan Prabowo-Ganjar sirna, karena akan kalah telak melawan Anies-Muhaimin. Ganjar yang diusung PDI Perjuangan akan berusaha menyandingkan dengan tokoh NU lainnya seperti Ketua NU atau Imam Besar Istiqlal. Sedangkan Prabowo jika Gibran bisa maju menjadi cawapres, hanya mengandalkan suara Jokowi dan cawe-cawenya Jokowi dalam pelaksanaan pemilu 2024.
Dalam beberapa hari kedepan, kita akan lihat “cawe-cawe” Jokowi dalam memenangkan pasangan capres dan cawapres yang bisa menyelamatkan urusan keluarganya, Gibran dan Bobby. Dan pergerakan PDI Perjuangan dalam mendapatkan cawapres untuk Ganjar dari kalangan ulama.
PKB sudah 10 tahun ikut dalam pemerintahan Jokowi, dan sering diajak rapat untuk merencanakan “cawe-cawe” dalam menentukan pemerintahan mendatang, pasti PKB memiliki kartu truf supaya koalisi pendukung pemerintahan sekarang tidak bisa macam-macam terhadap PKB. Pasukan Banser akan bergerak cepat untuk mengamankan suara pada saat pemilihan dan akan melakukan perlawanan jika Muhaimin Iskandar dikriminalisasi.